Suatu saat beliau (Mbah Moen) di ajak abahnya (Mbah zubair)
silaturrahmi ke jampes untuk tabarrukan & mengenal lebih dekat sosok mbah
Ihsan, melihat kitab Sirojuttolibin karangan beliau yg begitu mendunia &
begitu dikagumi banyak ulama2 nusantara hingga manca negara , tentulah beliau
jg seorang kyai yg sangat mahir bebahasa arab (berdialog arab), karena itu
tanpa sungkan2 mbah Zubair langsung memulai perbincangan dg berbahasa arab,
tetapi mbah Ihsan selalu menyahutinya dg bahasa jawa Nggeh, nggeh yai (ya, ya
yai), setelah lewat beberapa pembicaraan barulah mbah Ihsan berkata :"
Ngapunten yai, ngagem boso jawi mawon, kulo niku saget maham kitab2, nanging
kulo mboten saget ngendikan boso arab". (Maaf yai, pakai bahasa jawa saja
dialognya, saya itu bisa memaham kitab2 berbahasa arab, tetapi saya tidak mahir
berbahasa arab).
Unik memang pengakuan beliau itu, sesuatu yg tidak lazim untuk
seorang ulama yg punya karya sekaliber karya beliau, walau tidak menutup
kemungkinan bahwa pengakuan itu semata hanyalah ungkapan tawadlu' beliau.
Konon, Kyai Jazuli Ploso pun sempat keqi & heran melihat apa yg
ada pada diri mbah Ihsan ini, saat beliau berdua sama2 mbalah kitab (meberikan
pengajian dg membacakan kitab tertentu) di masjidil haram. Kyai Jazuli yg
disamping dikenal akan keluasan ilmunya, jg sangat fasih lisannya, uraian2
beliau yg luas & menarik serta mudah dipahami membuat orang tidak pernah
bosan mendengarkan pengajiannya,tetapi meski demikian, yg mengikuti pengajian
beliau selalu tidak sebanyak yg mengikuti pengajian mbah Ihsan, padahal mbah
Ihsan hanya membacanya saja dg ma'na ala jawa & jarang sekali menguraikan
atau menjabarkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar